Senin, 30 April 2012

ANJURAN UNTUK MEMILIKI MOTIVASI YANG TINGGI

oleh : Rifni Hayati

Anjuran untuk selalu mengasah semangat jiwa, selalu berupaya mengerjakan hal-hal yang bernilai tinggi, dan berlomba-lomba melakukan kebajikan, tertera dalam Al-Qur’an dan beberapa hadits Rosululloh SAW, diantara dalil-dali tersebut adalah :
Dalam ayat-ayat Al-qur’an;
“ Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu.” (QS. Al-Hadid;21)
“…….Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat kebaikan)…….. ( QS. Al-Baqoroh : 149)
“… Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja…. ( QS. Ash-Shoffat)

Dari Hadits Nabi;
“Berusahalah melakukan hal yang berguna buat dirimu, lalu memohonlah pertolongan kepada Allah, jangn Lemah.” (HR. Muslim)
“ Sesungguhnya Allah menyukai hal-hal yang luhur dan mulia, serta membenci hal-hal yang rendah dan hina.”(HR. Thobroni)
“Kalau kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena itu adalah Rahasia surga” .”(HR. Thobroni).
 
Motivasi dan cita-cita yang tinggi (Himmah Aliyah) adalah sifat mulia, perangai terpuji, akhlak luhur, dan adab mulia yang senantiasa di rindukan oleh hati yang mulia dan di kejar oleh jiwa yang memiliki semangat kepahlawanan. Nilai manusia hanya dapat tinggi dan kedudukan mereka dapat terangkat tergantung sejauh mana motivasi dan cita-cita mulia yang hendak di capainya itu.

Siapa yang tinggi motivasinya, maka ia tersifati dengan segala keindahan dan barang siapa yang rendah motivasinya, maka ia tersifati dengan segala akhlak yang hina. Motivasi yang luhur itu bagi orang yang mempunyai motivasi tersebut akan senantiasa menjadi “cemeti” baginya, yang mencabuknya dengan cemeti, celaan, menghalanginya dari tempat-tempat yang hina menuju ketempat yang mulia.

Motivasi yang tinggi juga dapat mengangkat suatu kaum dari kejatuhan. Motivasi tersebut merubah mereka dari tidak di kenal menjadi di kenal, dari keterpurukan menjadi terangkat, dari terjajah menjadi merdeka, dari ketaatan buta menjadi keberanian yang beradab.

Perlu di ingat bahwa fenomena yang menimpa ummat Islam kali ini adalah lemahnya semangat, rendahnya motivasi, rela dengan kehinaan, tidak ada usaha untuk menggapai sesuatu yang tinggi, dan sibuk dengan hal-hal yang hina. Semua itu menimpa, baik tataran individu maupun komunitas, kecuali mereka yang di berikan rahmat oleh Allah.

Karena itu ummat Islam menjadi santapan musuh yang menguasai mereka dan menyerbu negeri mereka. Lantas  para musuh tersebut menyetir bentuk peradaban, menimpakan penderitaan yang buruk, sehingga ummat Islam menjadi terpuruk dan tak berdaya.
Betapa mendesaknya kita sebagai ummat Islam , baik induvidu maupun komunitas, untuk beralih kepada agama kita dan mengangkat semangat/motivasi kita, sehingga akan kembali lagi kepada kemulian dan kejayaan.

Motivasi yang tinggi adalah sikap tidak mau bertindak tanpa Allah, tidak sudi menggantikan Allah dengan apapun juga, ingin selalu dekat kepada Allah. Semangat yang luhur ibarat seekor burung terbang tinggi di bandingkan dengan burung-burung yang lain. Ia tidak rela mendapatkan posisi yang rendah, hingga ia tidak akan terkena kesusahan yang biasa menimpa mereka. Yakni burung yang bila hinggap akan di serang oleh berbagai bahaya dari segala penjuru.

Karena bahaya itu ibarat alat pemutus atau penyambar, biasanya tidak akan mencapai tempat yang tinggi untuk menyambar sesuatu dari tempat tersebut. Ia biasa menyambar pada tempat yang rendah. Semangat yang luhur adalah tanda kejayaan. Semangat yang rendah tanda kehancuran. (Ibnul Qoyyim)

Makna Motivasi
Motivasi adalah sebuah dorongan—berbentuk energi bio-psiko-spiritual—dari dalam hati yang membuat kita melakukan kegiatan tertentu.(Sinamo H. Jansen)
Motivasi sinonimnya dalam bahasa Inggris yaitu incentive, inspiration, drive, enthusiasm, impetus, stimulus, spur, impulse, dan driving force. Yang kesemuanya menjurus ke arah satu arti yaitu penggerak atau pendorong.
Pengertian lain juga bahwa motivasi itu adalah "alasan", mungkin alasan untuk bergerak. Secara istilah motivasi adalah sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak.

Dari pengertian tadi bisa diambil kesimpulan bahwa menjaga motivasi sama dengan menjaga pendorong atau alasan kita melakukan sesuatu pekerjaan. Semakin besar alasan atau pendorong yang kita miliki maka kita akan semakin kuat atau semakin giat dalam melakukan sesuatu.

Tujuan yang Jelas
Banyak para ahli motivasi menganjurkan kita untuk menuliskan tujuan kita. Menuliskan tujuan akan sangat membantu dalam menjaga alasan melakukan sesuatu. Biasanya dengan menuliskan tujuan, tujuan tersebut akan lebih tertanam dalam pikiran kita sehingga kita akan mengingat terus tujuan yang akan kita capai.

Tujuan harus sejelas mungkin, karena lebih jelas tujuan akan lebih terarah langkah Anda. Contoh Daripada mempunyai tujuan ingin kaya, lebih baik Anda mempunyai tujuan ingin mempunyai penghasilan 10 juta perbulan misalnya.

Meskipun penghasilan 10 juta bisa saja belum termasuk kaya, itu tidak masalah. Setelah Anda mencapai tujuan tersebut Anda bisa membuat tujuan baru, misalnya menjadi 20 juta dan seterusnya.

Saat kita bermaksud akan bertindak mencapai tujuan tersebut, sering terhalang oleh suatu benteng, yang seakan-akan tidak bisa dilalui atau dirobohkan, sehingga keinginan tinggallah impian, khayalanan, atau lamunan belaka. Kita sering mengurungkan langkah kita yang sudah mulai melangkah, bahkan tidak sempat melangkah karena baru dikepala saja.

Melupakan tujuan salah satu jalan yang sering diambil oleh kebanyakan orang. Katanya untuk bahagia berharaplah lebih sedikit. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana jika ada orang lain ternyata mampu mencapai keinginan yang sama atau lebih baik dari keinginan kita. Akan kita merasakan suatu perasaan yang enak? Ataukah kita tersenyum dengan mengatakan bahwa itu sudah rizki dia atau bukan rizki kita. Padahal kita tidak sedikitpun untuk mengusahakannya.

Setiap orang punya tembok penghalang seperti Anda, tetapi kenapa sebagian orang berhasil melaluinya sementara sebagian -- termasuk Anda -- tidak mencapainya? Yang menjadi perbedaan adalah orang yang berhasil adalah mereka yang mampu meroboh- kan benteng yang menghalangi tujuan mereka. Bahkan tidak sedikit hasil yang mereka capai begitu mengagumkan, dimana menggambarkan benteng yang menghalanginyapun sangat tinggi.
Anda tahu benteng Anda mendapatkan sebuah rumah impian tidak setinggi benteng Bill Gate yang mengejar ratusan juta dolar Amrik. Tetapi kenapa dia bisa melalui benteng penghalangnya sedangkan Anda tidak?

Meriam yang bisa Anda gunakan untuk menghancurkan benteng tujuan ialah dengan pertanyaan. Tanyakanlah berbagai persepsi dan asumsi Anda saat ini. Bandingkan dengan berbagai asumsi dan persepsi orang lain, kenapa berbeda dan dimana perbedaan. Terutama bandingkan dengan persepsi orang yang telah berhasil dan mempunyai keberanian untuk bertindak menghancurkan tembok penghalangnya.

Jangan terpaku dengan asumsi dan persepsi sendiri, karena bisa salah. Cobalah mulai membuka pikiran Anda terhadap pikiran orang lain, tentu saja dengan filter nilai-nilai yang Anda anut. Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini terhadap persepsi Anda, kenapa, bagaimana cara mengatasinya, dan adakah alternatif lain?

Jangan takut dengan tujuan. Anda tidak rugi jika tujuan tidak tercapai 100%. Misalnya Anda mempunyai tujuan ingin mempunyai penghasilan 10 juta, kemudian Anda hanya berhasil 5 juta, akan lebih baik dari pada Anda tidak punya tujuan sama sekali. Atau Anda berhasil mencapai tujuan 200% dari 1 juta. Mana yang lebih baik?

Menjaga Motivasi
Alasan kenapa motivasi harus dijaga karena motivasi bisa menguap, hilang entah kemana. Oleh karena itu diperlukan suntukan motivasi secara rutin kepada diri kita. Memasang foto keluarga di tempat kerja ialah salah satu usaha menyuntikan motivasi kepada kita. Dengan melihat foto keluarga kita akan ingat bahwa kita bekerja untuk orang-orang yang kita cintai.  Membaca tulisan-tulisan yang memotivasi. Sebagai contoh membaca buku-buku motivasi, membaca majalah dan sebagainya. Bisa juga dengan bentuk audio yaitu dengan mendengarkan kaset-kaset motivasi.

Cara selanjutnya ialah bergaul dengan orang-orang yang terbukti mempunyai motivasi besar. Dengan bergaul dengan mereka, Anda akan terimbas semangat mereka. Jangan sebaliknya, yaitu bergaul dengan orang-orang yang malah mematikan motivasi Anda.
Jika kita menengok kisah Nabi Ibrahim AS, begitu banyak pengorbanan yang beliau beserta keluarga berikan. Setelah beliau menunggu puluhan tahun untuk mendapatkan seorang anak, ternyata Allah memerintahkan untuk mengirim istri beserta anaknya yang masih bayi ke daerah gersang dan tidak ada siapa-siapa. Tetapi beliau beserta keluarganya tetap menjalankan perintah Allah tersebut.
Selain itu, saat anak Nabi Ibrahim AS, yaitu Nabi Ismail AS menginjak usia remaja, datang lagi perintah Allah untuk menyembelih anak beliau.

Apa motivasi Nabi Ibrahim AS mau berkorban, menyembelih anak beliau, begitu juga anak beliau Ismail remaja, yang rela untuk disembelih. Yah, motivasi mereka ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk menjalankan perintah Allah sebagai hamba.

Inspirasi bagi kita. Kita tidak pernah diperintah Allah untuk berkorban seperti itu, tidak. Perintah-perintah yang bebankan kepada kita sangatlah ringan jika dibandingkan dengan pengorbanan nabi Ibrahim AS, mudah-mudahan kita juga, saya beserta Anda bisa mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS untuk ikut serta berkorban dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berkorban Apa Saja, ? Apa saja, banyak hal yang bisa kita lakukan yang menuntut sedikit pengorbanan dari kita,

  • Mengorbankan sedikit uang, sebagian dari penghasilan kita untuk membantu fakir miskin, anak yatim, orang tua jompo dan sebagainya
  • Mengorbankan sedikit waktu, untuk ikut serta berdakwah, menyeru kepada kebaikan, melarang kemungkaran
  • Mengorbankan sedikit waktu, untuk menengok tetangga kita, adakah yang tidak mempunyai makanan?
  • Mengorbankan perasaan, untuk menyambung tali silaturahmi terhadap orang yang membenci kita?
  • Mengorbankan rasa kantuk, empuknya kasur, dan hangatnya selimut untuk bangun malam melaksanakan sholat malam
  • Mengorbankan waktu senggang kita untuk membaca dan mengkaji Al Quran
Dan masih banyak lagi pengorbanan-pengorbanan yang bisa kita lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ketahuilah Anda pasti bisa, apa yang disebutkan di atas  sudah Anda lakukan ?. Bagi Anda yang belum, masih bisa, masih ada waktu sebelum ajal menjemput. Yang pada hakekatnya, sebenarnya bukan pengorbanan, tetapi semua adalah kebutuhan kita.

Bagaimana cara kerja MOTIVASI
Motivasi internal Anda adalah gerak hati dan sikap anda, motivasi internal ini mudah menjalar. Sikap adalah kunci untuk memperoleh tanggapan yang ingin andakan dari orang lain. Bagaimana seseorang tetapa termotivasi dan terfokus ? Salah satu alat penting yang sejak lama di gunakan oleh para atlit adalah auto-suggestion. Auto-Suggestion adalah pernyataan-pernyataan positif yang di buat saat ini dan di ulang-ulang secara teratur. Dengan kata lain, auto-suggestion adalah berbicara hal-hal positif kepada diri sendiri ( Positive self talk).

Jika orang melakukan sesuatu karena alasan dari dalam diri mereka sendiri, dan bukan karena alasan-alasan yang di ciptakan oleh orang lain, maka yang ingin di capai adalah motivasi-diri. Itulah motivasi yang akan bertahan lama.

Ingatlah, motivator terbesar adalah keyakinan. Kita harus menanamkan dalam diri kita keyakinan bahwa kita dapat bertanggung jawab, maka segala sesuatu akan meningkat; kualitas produktivitas, hubungan dan kelompok kerja.

Beberapa langkah untuk memotivasi orang lain :
  • Memberikan pengakuan
  • Memberikan rasa hormat
  • Membuat pekerjaan menjadi menarik
  • Menjadi seorang pendengar yang baik
  • Melemparkan tantangan

Sebagai manusia tentu kita memiliki peraaan dan emosi. Ketika kita mengalami kegagalan yang sangat mengecewakan dan memalukan, tentu kita kesal, sedih dan bingung. Tidak jarang kita mungkin marah terhadap diri sendiri.

Namun kita tidak boleh  terus menerus larut dalam situasi dan kondisi seperti itu. Kita tidak tidak boleh terus menerus menyesali keadaan tersebut. Kita harus sesegara mungkin membebaskan diri dari perasaan tersebut, bangkit kembali dan mencoba melakukan tindakan-tindakan perbaikan.

Setelah kita menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kekuatan-kekuatan dahsyat yang dapat kita pergunakan untuk membangun kehidupan dengan membina motivasi, kita perlu mengambil keputusan bahwa memang kita berhak dan dapat memiliki hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.

( Disarikan dari berbagai sumber )

Jumat, 27 April 2012

Sebuah renungan untuk perbaikan karakter dalam dunia pendidikan kita ...

KENAPA BANGSA JEPANG BISA BERHASIL ?
Oleh : Rifni Hayati

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Permasalahan
Jepang dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, telah menghasilkan sebuah produk kebudayaan nasional yang khas sebagai warisan budaya Timur. Di satu sisi kebudayaan tradisional asli Jepang telah dipelihara oleh masyarakat Jepang sendiri, sementara disisi lain kebudayaan Jepang merupakan paduan (akulturasi) dari unsur-unsur budaya Asia dan budaya Barat yang kemudian ditempa menurut cita rasa Jepang.
Prinsip yang dipakai Jepang dalam proses akulturasi adalah keluwesan dan keterbukaan terhadap kebudayaan-kebudayaan asing. Dari pada menolak, Jepang memilih menyesuaikan kebudayaan asing kedalam kerangka estetiknya dan dengan sangat kreatif mewujudkannya sesuai dengan tuntutan mereka sendiri.

  1. Identifikasi Masalah
Permasalahan untuk mencari gambaran atau kedalaman tentang filsafat Jepang sesungguhnya tidaklah mudah. Karena menggali filsafat Jepang berarti kita harus menggali cara berpikir, gaya hidup, dan keyakinan orang Jepang yang bersumber dari kebudayaannya. Oleh sebab itu kelompok kami dalam menggali filsafat Jepang, membuat identifikasi:
1.    Adakah pengaruh kebudayaan asing yang masuk ke Jepang dengan filsafat Jepang
2.    Adakah hubungan kebudayaan Jepang dengan filsafat Jepang
3.    Adakah hubungan kepercayaan masyarakat Jepang dengan filsafat Jepang

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka kelompok kami merumuskan masalah dalam diskusi ini adalah: “Hubungan kebudayaan Jepang dan nilai – nilai yang dianut masyarakat Jepang dengan filsafat Jepang.”

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN JEPANG
A.   SEJARAH BANGSA JEPANG
Gunung Fuji adalah lambang Jepang. Sebelum jaman transportasi udara, kesan pertama terhadap Jepang yang diperoleh seorang turis asing saat kapalnya mendekata pelabuhan Yokohama, adalah puncak gunung Fuji yang megah menjulang tinggi menaungi daratannya. Hingga kinipun, apabila cuaca cerah, seorang turis yang tiba di Jepang dengan pesawat terbang dapat melihat puncak Fuji jauh di sebelah barat ketika pesawatnya akan melandas di bandara international Tokyo. Fuji tampak bagaikan kipas angin besar yang tertelungkup dengan lerengnya memanjang di setiap sisinya.
Puluhan ribu tahun yang silam, Gunung Fuji dan wilayah di sekitarnya merupakan suatu zone vulkanis. Zone vulkanis ini meletus memuntahkan abu vulkanis. Abu ini bertumpuk sehingga membentuk stratum atau lapisan tanah liat. Lalu, perlahan-lahan lapisan bumi lainnya menutupi lapisan tanah liat itu sehingga menjadi tanah yang kini merupakan kediaman orang Jepang.
Lapisan tanah liat ini terbentuk selama periosde akhir Zaman Diluvian Jepang sekitar 50.000 â“ 10.000 tahun yang lampau. Selama periode ini, Jepang dihubungkan dengan daratan Asia oleh suatu jembatan darat. Namun, selama bertahun-tahun tak ada seorangpun yang dapat membuktikan bahwa manusia pernah memanfaatkan jembatan darat ini untuk melintas ke Jepang. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menduga bahwa di zaman Batu Tua (paleolitik), ketika manusia telah berkembang di Eropa, Afrika, dan daratan Asia, Jepang masih belum berpenghuni. Akan tetapi, dalam jangka waktu 25 tahun belakangan ini, para ilmuwan telah tertarik dengan zaman prasejarah Jepang ratusan ribu tahun yang lalu.
Dalam jangka waktu yang lama, ciri-ciri manusia awal yang dikenal di Jepang termasuk kelompok manusia yang berbudaya Jomon. Orang dari budaya ini tampaknya telah ada di Jepang setelah Jepang dipisahkan dari daratan Asia oleh naiknya paras laut. Mengapa manusia muncul di Jepang justru setelah Jepang terpisah dengan daratan Asia masih merupakan teka-teki. Jawaban terhadap teka-teki ini mulai terbuka pada tahun 1949. Suatu hari seorang penjaja permen, yang sangat tertarik kepada arkeologi, menemukan batu yang tampaknya seperti relik Zaman Paleolitik. Lalu, relik lainnya ditemukan juga sehingga membuktikan bahwa manusia telah ada di Jepang sejak zaman paleolitik.
Sementara itu, para anthropologi juga ikut meneliti. Pada tahun 1957, kepingan tulang manusia diambil dari galian batu kapur. Tulang-tulang ini diduga merupakan tulang manusia yang hidup sekitar 100.000 tahun yang lampau. Manusia ini dinamakan Ushikawa, mengambil nama dari tempat ditemukannya tulang-tulang ini.
Beberapa tahun kemudian, ditemukan lagi tulang-tulang manusia lainnya. Tulang-tulang ini adalah tulang-tulang manusia yang dikenal sebagai  manusia Mikkabi. Setelah beberapa keping tulang tengkorak dapat ditemukan, para antropolog menduga bahwa manusia Mikkabi termasuk spesies sebangsa kita âHomo Sapiens. Manusia Mikkabi diduga hidup di Jepang lebih dari 20.000 tahun yang silam. Kini para ilmuwan menyimpulkan bahwa baik manusia Ushikawa maupun manusia Mikkabi telah memasuki Jepang tatkala Jepang merupakan bagian dari daratan Asia. Orang-orang yang berbudaya Jomon, yang asal-usulnya belum jelas, kini diduga merupakan keturunan manusia Mikkabi.
Sejarah Jepang setelah periode Jomon telah lama dikenal. Namun, para ilmuwan kini sedang memperkaya pengetahuan kita. Beberapa ribu tahun setelah berdirinya kebudayaan Jomon, perkembangan besar yang kini dapat kita saksikan sendiri telah mengubah kehidupan bangsa Jepang. Selama abad ke-4 dan ke-3 sebelum masehi, bangsa Jepang belajar bagaimana menanam tanaman pangan -  terutama padi. Cara menanam padi pada mulanya dibawa dari benua Asia ke barat daya Jepang, lalu menyebar ke utara sehingga menjelang tahun 300 Masehi telah mencapai ujung utara pulau Honshu. Perkakas dari tembaga, perunggu, dan besi juga didatangkan sehingga tak lama kemudian perkakas itu dapat dibuat oleh tangan-tangan Jepang sendiri. Kebudayaan ini disebut kebudayaan Yayoi. Menurut sejarah resmi Tiongkok, ketika kebudayaan Yayoi menyebar ke seluruh pulau  Honshu, negara-negara kecil yang ada di Jepang hampir menyatu menjadi satu negara.
Selama abad ke-4 dan ke-5, berkembanglah suatu peradaban baru dalam sebuah Jepang yang bersatu. Jepang dieprintah oleh sistem kekaisaran yang turun-temurun sampai kaisar yang sekarang. Para kaisar awal membangun istana mereka di kota yang kini adalah Osaka. Besar dan kuatnya dua makam kasiar abad ke-5, Ojin dan Nintoku, menunjukkan bahwa sudah sejak lama prestise seorang kaisar adalah sangat besar.
Peradaban Jepang dipengaruhi oleh peradaban negara tentangganya, Tiongkok dan Korea. Didatangkannya Kanji (huruf Tiongkok) dan Buddhisme adalah amat penting. Diperkenalkannya tulisan ini pada abad ke-5 dan ke-6 merupakan suatu kemajuan besar. Dalam waktu yang sama, para pendeta, cendikiawan dan para pengrajin datang ke Jepang dari Tiongkok dan Korea. Pengaruh peradaban  yang baru ini merupakan unsur tambahan di dalam perkembangan peradaban Jepang kuno.
Hubungan Jepang dengan bangsa tetangganya ini bertambah erat. Namun, secara diplomatik hubungan ini berbentuk pembayaran upeti oleh Jepang kepada Tiongkok. Ketika pangeran Shotoku menjadi Pangeran-Bupati Jepang pada ahir abad ke-6, dia mengubah hubungan Jepang dengan Tiongkok. Oleh karena itu, kedua bangsa ini lalu menganggap sederajat satu dan lainnya. Pada tahun 604, Pangeran Shotoku mengundangkan hukum tertulis yang pertama didasarkan pada etika Buddhisme. Abad ke-8 merupakan puncak zaman Jepang kuno. Ibu kota yang besar di bangun di Nara dan disusunlah sejarah Jepang yang pertama. Patung Buddha yang terkenal selesai dibangun di Nara. Kebudayaan Asia Barat (Persia Sassania) diperkenalkan ke Jepang melalui Tiongkok.
Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun di atas budaya-budaya yang diperkenalkan dari daratan Asia, selama 1.000 tahun terakhir bangsa Jepang telah menyerap unsur-unsur budaya ini dan menciptakan kembali menjadi budaya Jepang sendiri. Iklim dan bentang alam Jepang telah ikut pula memainkan peran besar di dalam pembentukan budaya Jepang yang unik. Pegunungannya yang tertutup dengan pohon-pohon yang hijau, dataran rendahnya yang semerbak oleh bebungaan, kesemuanya ini telah mempangaruhi seni dan segala aspek kehidupan. Pengaturan bunga, perjamuan teh, sanjak tanka dan haiku, seni lukis, dan kimono yang dikembangkan selaras dengan perubahan musim.
Karena Jepang telah berubah menjadi suatu masyarakst industri, maka Jepang dikhawatirkan akan kehilangan lingkungan alamnya yang indah yang dibanggakannya itu. Namun, tampaknya lingkungan alam Jepang itu tidak mungkin akan rusak. Bangsa dan para ilmuwan Jepang giat mencari upaya untuk memelihara keindahan Negara yang amat mereka cintai itu.
B.   KEBUDAYAAN JEPANG
Kebudayaan adalah istilah umum untuk bidang-bidang seperti pengetahuan, agama/kepercayaan, dan seni, yang kemudian dapat dipecah lagi dalam kesusasteraan, seni rupa, seni music, seni lukis, dll.

Dalam diskusi kali ini kelompok kami membagi sejarah Jepang kedalam 5 (lima) jaman kebudayaan yaitu :
1.    Jaman pra sejarah (dan proto sejarah), yang disebut jaman Archaik
2.    Jaman kuno (jaman klasik/era budaya Buddha)
3.    Jaman pertengahan
4.    Jaman pra modern
5.    Jaman modern

A.   Jaman Pra Sejarah (dan Proto Sejarah), yang disebut Jaman Archaik
Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik Bawah. Setelah terjadinya jaman es, Jepang beberapa kali terhubung dengan daratan Asia melalui jembatan darat (Sakhalin di Utara, dan Kyushu di Selatan), sehingga memungkinkan terjadinya perpindahan manusia, hewan dan tanaman ke Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat China dan Korea. Pada jaman ini Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang telah dipoles pertama di dunia.
Dengan berakhirnya jaman es terakhir, 11.000 SM muncul kebudayaan Jomon yang bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul (hunter-gatherer) semi sedenter Mesolitik dan Neolitik dan pembuatan kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk Jomon merupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa kini.
300 SM muncul kebudayaan Yayoi yang ditandai dengan kehadiran teknologi pertanian beras (bercocok tanam), pengairan, pembuatan besi dan perunggu yang dibawa oleh migran China, Korea dan bagian Asia lainnya, serta kubur-kubur raksasa.
250 M muncul kebudayaan Kofun yang bercirikan berdirinya Negara militer.  Pada periode ini terbentuk kesatuan Negara Jepang untuk pertama kali dibawah system kekaisaran dan masuknya budaya asing. Menurut mitologi tradisional Jepang, Jepang didirikan oleh kaisar Jimmu abad 7 SM.

B.   Jaman kuno (jaman klasik/era budaya Buddha)
Pada tahun 538 kedatangan agama Buddha menandai awal jaman Klasik. Agama ini masuk dari Paekche (Baekje) salah satu dari 3 negara bagian Korea yang mengadakan hubungan dengan Jepang.
Bagi orang Jepang pada waktu itu, dewa-dewa tidak hanya dianggap sebagai pelindung dan pemberi kebahagiaan, tetapi juga merupakan kekuatan jahat yang dapat  membawa kebinasaan apabila doa dan ritus yang disajikan rakyat tidak memuaskan. Sedangkan Buddha datang dengan membawa welas asih serta menyelamatkan manusia. Kaum cerdik pandai Jepang menerima doktrin baru ini dengan harap cemas, sedangkan rakyat tidak menganggap adanya kontradiktif antara keduanya sehingga mereka melakukan doa dan ritus untuk keduanya.
Pada masa Dinasti Yamato, kekuasaan istana memutuskan untuk menggunakan Buddha sebagai sarana politik dan agama. Dengan demikian, pada masa ini Jepang mengalami puncaknya di bidang arsitektur, seni pahat, seni lukis, dan seni dekoratif. Era kebudayaan Buddha dibagi menjadi 3 (tiga) periode:
1.        Periode Asuka
2.        Periode Hakuh
3.        Periode Tempyo
Pembagian ini mencerminkan perubahan sikap orang Jepang menerima budaya China dan Korea.

1.    Periode Asuka
Pada periode ini kebudayaan Asuka disebut sebagai warisan budaya Orient Timur karena dipengaruhi budaya India, China dan Korea. Berbagai macam seni China seperti lukisan religius yang berwarna terang, pahatan arca Buddha dari perunggu sepuhan emas, bangunan megah dengan tiang-tiang bercat merah terang menggetarkan kesadaran estetik orang Jepang.
Disamping merupakan pengungkapan yang sangat sempurna dalam karya seni, pada hakekatnya terkandung di dalamnya inspirasi khusus pantulan jiwa Jepang.

2.    Periode Hakuh
Bersamaan dengan reformasi Taika, sejarah kesenian Jepang pada masa itu disebut Periode Hakuh. Pada periode ini kebudayaan memiliki nilai filosofi yang tinggi, misalnya:
a.    Arca kepala Buddha memiliki pantulan sinar mata yang mengesankan kepolosan wajah anak kecil yang menggambarkan hubungan yang erat antara Jepang dengan China (dinasti Tang)
b.    Kumpulan syair Manysoh yang mencerminkan nilai seni yang halus dan tinggi, dengan vitalitas yang tegas dan segar. Kumpulan syair ini dibuat oleh kalangan bangsawan dan rakyat jelata.
c.    Kekhasan lukisan pada dinding Kond di Kuil Hryji menggambarkan hubungan yang erat antara Jepang dengan budaya India

3.    Periode Tempy/ periode Nara
Dibawah kekuasaan Kaisar Shmu, Jepang melakukan asimilasi dengan Korea dan China secara aktif. Kuil-kuil dan bangunan-bangunan keagamaan yang megah menandai puncak kebudayaan Buddha Jepang. Perasaan religius kuat yang menjiwai masyarakat Jepang pada periode Tempydigambarkan dengan:
a.    Arca kepala Buddha Yakushi Nyorai yang memiliki ciri pengungkapan ideal, kewibawaan dan kekuatan yang sehat.
b.    Arca Kannon, Nikksinar matahari) dan Gakk (sinar rembulan) yang memberi kesan damai, anggun, semangat tinggi dan ketenangan emosi orang Jepang yang selaras
c.    Arca-arca Buddha yang memberi kesan kekuatan muda dan bergaya realistis

C.   Jaman pertengahan
Periode Heian yang mengakhiri jaman Kuno dan mengawali jaman pertengahan, melakukan asimilasi (pen-jepang-an) budaya China yang masuk ke Jepang. Penyebab hal ini adalah:
1.        Diputusnya hubungan dengan China
2.        Perkembangan tulisan Kana
Perubahan struktur politik dan social mengakibatkan kaum pendeta dan aristocrat memiliki hak istimewa dengan menguasai kepemilikan tanah. Sebagian dari mereka menghabiskan waktunya untuk mengagumi kesenian dan keindahan alam dalam bentuk karya sastra dan lukisan yang benar-benar halus dan anggun, yang melukiskan dunia estetik yang khas dari orang Jepang. Contoh karya sastra yang mengungkapkan filsafat religius kesadaran ketidak kekalan hidup adalah Genji Monogatari (percintaan di kalangan dunia aristokrat). Untuk menjawab kediktatoran aristocrat keluarga Fujiwara, masuklah sekte Buddha (Tantra dan Esoteris) yang mampu menjawab tuntutan duniawi. Akibatnya hasil-hasil karya seni pada periode ini menunjukkan ciri-ciri mistik (mengungkapkan getaran jiwa yang tersembunyi) yang menyolok yang tidak ditemukan dalam seni Buddha sebelumnya. Pada akhir periode Heian, disatu sisi Buddha Esoteris sebagai anutan kaum aristocrat masih terus memberikan pengaruhnya, sementara disisi lain muncul sekte baru yang popular. Sekte Jmengajarkan bahwa orang dapat berharap dilahirkan kembali di surga dengan memohon pertolongan Amida Buddha melalui pengucapan Nembutsu, suatu rumusan yang sederhana. Sekte J yang mengenal hari kiamat dan kebangkitan ini mengajarkan bahwa dunia fana bagi manusia merupakan dunia yang tidak ada harapan, kemungkinan penyelamatan ada pada hari kemudian.
Seiring dengan berkembangnya kepercayaan J yang baru, di bidang seni muncul seni lukis Raig-zu (lukisan Buddha yang turun menjemput dari surga), yang menggambarkan Buddha yang turun dari surga untuk menjemput orang-orang yang tinggi keyakinannya.
Meskipun pada periode Heian di jaman pertengahan ini, terjadi perubahan system politik dan pemerintahan, pemerintahan dikuasai oleh bangsawan militer (shogun), namun kebudayaan tetap memiliki hak istimewa. Maka secara perlahan terjadi pergeseran nilai dari kepekaan yang halus lembut, keanggunan serta emosi feminine kaum aristocrat, kini cenderung menjadi ekspresi yang sederhana/ bersahaja, rendah hati, kuat, dan menunjukkan kejantanan.
Dalam perkembangannya, kebudayaan pada periode Kamakura cenderung bersifat realisme (kenyataan) dan deskriptif (penjelasan), yang diwujudkan dalam bentuk lukisan potret dan gambar beber (pengungkapan cerita dalam bentuk gambar). Dengan cara-cara/bentuk ini, maka sekte-sekte Buddha yang baru memperkenalkan sejarah, riwayat pendiri sekte, maupun penyebaran ajarannya. Sedangkan bagi para aristocrat, cara-cara ini untuk menjelaskan semangat kesatria mereka.
Berkembangnya kegiatan sekte-sekte Buddha baru mempengaruhi sekte-sekte Buddha lama, apalagi setelah mereka mempelajari Buddhisme Zen (ajaran yang menyatakan bahwa hanya dengan melepaskan segala nafsu dan keduniawian serta mengkonsentrasikan semua usaha pada zazen/meditasi, orang akan dapat mencapai pencerahan spiritual). Hal ini mengakibatkan tumbuhnya gerakan pemulihan di kalangan sekte-sekte Buddha lama dan gerakan pembaharuan di sebagian agama Shint.
Akhir dari jaman pertengahan ditandai dengan perang saudara antar daimy (petani sukses dan kaya di daerah yang memiliki pengaruh dan kekuasaan)

D.   Jaman pra modern
Kebudayaan jaman pra modern diawali oleh periode Momoyama. Pada periode ini terjadi perubahan besar dalam bidang ekonomi (pertumbuhan industry), social dan kebudayaan. Kebudayaan dan kehidupan yang menggambarkan semangat berjiwa besar, nyata, positif, kreatif dan segar ini semakin berkembang setelah adanya kontak dengan pedagang-pedagang dari Negara-negara Barat.
Rasa kagum dan misteri terhadap kebudayaan Barat didorong oleh masuknya budaya materi, khususnya senjata api serta budaya spiritual agama Kristen yang meyakini Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk memperkuat kekuasaannya para daimy membangun benteng-benteng. Semula benteng dianggap merupakan fasilitas militer alamiah, juga berperan sebagai alat peraga kekuatan seorang penguasa feodal. Sebagai lambang kekuasaan seorang pemimpin, sebuah benteng tidak saja dilengkapi dengan sebuah menara, tetapi juga menjadi pusat seni yang mencakup keindahan secara menyeluruh seperti pertamanan, lukisan, kerajinan, pahatan, bangunan dan sebagainya. Dengan demikian benteng kehilangan sifat kemiliterannya, karena adanya sifat politis dan spiritual.
Dua pencerminan kebudayaan Jepang: upacara minum teh (Sad) dan merangkai bunga (Ikebana).
Upacara minum teh yang berasal dari kebiasaan minum teh dikalangan pendeta Buddhisme Zen, dikembangkan menjadi seni budaya yang amat halus. Upacara ini sangat digemari dikalangan rakyat kelas atas sampai kalangan rakyat biasa. Dengan seni ini Murata Shuk (perancang seni minum teh) mencoba menemukan kebebasan yang sesungguhnya dalam keserasian kehidupan hening, sunyi, lepas dari kegaduhan duniawi, kehidupan manusia yang apa adanya, alamiah dan bukan kehidupan mewah ciptaan manusia. Ruang minum teh yang kecil dan tanpa hiasan, merupakan tempat yang menggambarkan kehidupan petani di gubuk jerami dengan penuh kedamaian, kepercayaan dan persahabatan.
Seni atau tradisi merangkai bunga dalam vas memang sudah ada, namun ketika itu bunga-bunga disusun untuk meningkatkan apresiasi terhadap vas. Ikenobo Senkei (pembawa seni merangkai bunga kedalam ruang minum teh) menafsirkan bahwa seni merangkai bunga kedalam ruang minum teh harus mampu mengungkapkan kemurnian dan kesederhanaan dalam menghayati alam. Seni ini berbeda dengan penggunaan bunga yang murni bersifat dekoratif saja, karena setiap unsur dari sebuah karya ikebana dipilih secara cermat termasuk bahan tanaman, wadah dimana ranting dan bunga akan ditempatkan, serta keterkaitan ranting-ranting dan bunga dengan wadah dan tempat disekitarnya.
Pada permulaan jaman Edo, seni merangkai bunga dikenal dengan istilah Kad(jalan bunga), yang memiliki konotasi ajaran spiritual. Sejak itu seni merangkai bunga bertahan dan berkembang terus, hingga muncul banyak aliran merangkai bunga. Pada periode ini lahir juga lukisan Genre (lukisan pada tirai lipat menggambarkan kehidupan rakyat biasa di kota, petani, para wanita cantik, dll) dan Kabuki.
Kabuki adalah sebuah bentuk teater klasik yang mengalami evolusi dengan ciri khas berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh para actor, kostum yang super mewah, make up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan actor. Semua actor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria.
                                                                                                                                                                                                                                                                      
E.   Jaman modern
Restorasi Meiji pada tahun 1868 membuka jalan bagi modernisasi Jepang. Sebelumnya tahun 1867, keshogunan Tokugawa runtuh dan kekuasaan dikembalikan kepada Kaisar. Keruntuhan keshogunan Tokugawa ini disebabkan karena Jepang menjalankan politik mengasingkan diri / sikap anti asing / nasionalisme naïf. Sikap ini mendorong timbulnya kesadaran nasionalistik mutlak yang diarahkan bagi penyatuan rakyat di bawah Kaisar sebagai penguasa. Namun energy yang dikeluarkannya cukup besar, sehingga menyebabkan runtuhnya keshogunan Tokugawa, meskipun di sudut lain ada fakta kesadaran politik yang meningkat di kalangan masyarakat bawah. Sikap yang menyebabkan Jepang ketinggalan dalam bidang teknologi ini, dalam bidang kesenian dan kesusasteraan Jepang justru mengembangkan unsur-unsur kebudayaan Jepang yang khas.

Langkah pertama yang diambil pemerintah Meiji setelah pembentukan Negara adalah menjalankan politik “peradaban dan pencerahan” termasuk usaha-usaha memperkenalkan teknologi asing/barat. Periode ini dijuluki dengan istilah “budaya pembaratan”. Untuk memasukkan teknologi diperlukan organisasi social dan intelektual yang mampu menyerapnya. Pemerintah Meiji mengadakan penghapusan total system stratifikasi social kecuali menghapuskan penggunaan nama keluarga. Pendidikan tinggi memanfaatkan guru asing dan memberi kesempatan kepada rakyat untuk mempelajari budaya barat. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebudayaan barat menyebar begitu kuat mempengaruhi rakyat. Yang sering terjadi adalah pertemuan / perpaduan antara dua kebudayaan dalam berbagai bentuk: puisi (kesusasteraan), music, lukisan, atau seni teater.

NILAI – NILAI ATAU SEMANGAT  MASYARAKAT JEPANG

Kebangkitan Jepang dari kehancuran dahsyat dalam Perang Dunia II bukan karenakeajaiban, melainkan diperoleh melalui semangat juang yang tinggi, disiplin ketat, dan kerja keras yang dilandasi atas berbagai nilai-nilai luhur . Semangat apa saja yang dimiliki mereka sehingga Jepang dapat membuktikan kesuksesannya yang mengagumkan sekaligus telah mampu meminimalkan hal-hal negatif yang dapat menghambat pembangunan. Setidaknya Jepang memiliki lima nilai atau semangat
yang dipegang dan dilaksanakan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, yakni: semangat bushido, disiplin samurai, budaya keisan, prinsip kai zen, dan prinsip keiretsu-zaibatsu

1.    Semangat Bushido

Orang Jepang memiliki semangat kerja keras yang diwarisi secara turun menurun yang akhirnya melahirkan semangat bushido. Bushido itu berarti kesatria, pendekar, atau samurai. Semangat bushido ini selalu dipegang teguh dari waktu ke waktu karena bushido telah menjadi jalan hidupnya kesatria sebab ”dou” artinya hidup. Semangat bushido melahirkan proses belajar tak kenal lelah. Semangat ini semula dipelajari Jepang dari Barat. Namun kini dunia Barat yang terpukau dan harus belajar dari Jepang. Ini akibat dari semangat kesungguhan (semangat bushido) yaitu semangat untuk terus menerus melakukan perbaikan yang melibatkan setiap orang mulai dari pimpinan puncak sampai pekerja lapangan. Lalu bagaimana agar kita bisa berjiwa bushido dan prinsip apa saja yang harus dipegang erat.
Untuk itu ada tujuh nilai luhur yang senantiasa dijunjung oleh bangsa Jepang dalam menjalankan semangat bushido yakni:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai utama yang harus dimiliki seseorang dalam bekerja sehari-hari. Sikap dan perilaku jujur akan mendapat respek yang yang baik dari orang lain.
b. Kehormatan
Seorang yang berjiwa bushido tahu sepenuhnya cara untuk menepati janji dan ini untuk menjaga
kehormatan.
c. Keberanian
Seseorang harus berani mengambil inisiatif dan keputusan yang tepat, berani memanfaatkan
peluang, mampu mengerjakan sesuatu dengan cara yang berbeda, berani dengan situasi baru ,
pantang menyerah, dan semacamnya.
d. Kesetiaan
Kesetiaan merupakan bentuk pengabdian kepada lembaga tempat seseorang bekerja baik
perusahaan maupun organisasi pemerintah.
e. Kepekaan
Kepekaan adalah perasaan respek terhadap orang lain serta tidak menganggap remeh orang lain.
Dari kepekaan ini timbul perasaan ingin membantu atau ingin melayani
f. Kerendahan hati
Seorang yang rendah hati itu bukan berarti rendah diri. Rendah hati merupakan ketrampilan
yang tinggi untuk merebut hati orang lain. Ia tahu kapan harus berpihak kepada siapa dan untuk apa.
Bangsa yang rendah hati adalah bangsa yang mau dan mampu untuk mencari sumber inspirasi dari
bangsa lain yang lebih maju.
g. Keadilan
Seseorang yang baik akan dapat berada di tengah, bertindak ramah, dan tidak bohong
Demikian jika kita berjiwa bushido maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang cemerlang dan
pekerja yang sukses
2.    Disiplin Samurai

Jaman dahulu, pahlawan Jepang yang dikenal dengan sebutan samurai akan melakukan harakiri atau bunuh diri dengan menusukkan pedang ke bagian perut jika kalah dalam pertarungan. Hal ini justru memperlihatkan usaha mereka untuk menebus harga diri yang hilang akibat kalah perang.
Kini semangat atau disiplin samurai masih kuat tertanam dalam sanubari bangsa Jepang, namun bukan lagi melakukan harakiri. Semangat samurai digunakan untuk membangun ekonomi, menjaga harga diri dan kehormatan bangsa secara teguh.. Disiplin samurai ini telah membuat bangsa Jepang sulit menerima kekalahan. Bagi mereka, kalah tidak berarti mati. Kekalahan dapat ditebus kembali dengan kemenangan dan keberhasilan dalam bidang lain. Jika terpaksa kalah, maka mereka mau kalah dengan penuh harga diri. Disiplin samurai telah menciptakan bangsa Jepang menjadi bangsa yang:
a. Tidak mudah menyerah karena sumberdaya alam yang minim;
b. Tidak takut pada cobaan dan kesusahan akibat bencana alam yang melanda;
c. Pintar memanfaatkan segala sumber yang ada;
d. Jika melakukan suatu pekerjaan, maka mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang terbaik;
e. Tidak boros.
3. Budaya Keisan.
Satu hal lagi yang menjadi kunci keberhasilan bangsa Jepang adalah keinginan mereka yang tinggi untuk memperbaiki diri dan mencapai keinginannya. Untuk mewujudkan keinginan ini, mereka menerapkan konsep budaya keisan, yaitu perubahan secara berkesinambungan dalam budaya kerja mereka. Dengan cara mereka harus selalu bersikap kreatif, inovatif, dan produktif. Konsep keisan memerlukan kerajinan, kesungguhan, minat dan keyakinan, hingga akhirnya timbul kemauan untuk selalu belajar dari orang lain. Perubahan sangat penting untuk membuat mereka mampu bersaing dengan negara yang dianggapnya lebih maju. Untuk memajukan perindustriannya, Jepang tidak bergantung pada teknologi Barat. Namun mereka mempelajari dan meniru teknologi itu, kemudian teknologi tersebut disesuaikan dengan budaya kerja dalam perusahaan Jepang.
Dalam konsep keisan, apapun bentuk perubahan yang dilakukan, kecil maupun besar dapat memberikan hasil dan kemajuan. Sebab, perubahan juga dapat membebaskan seseorang, masyarakat, dan negara dari kungkungan budaya dan cara berpikir yang tidak relevan. Hal ini berarti bahwa kita harus meninggalkan cara lama tetapi cara lama itu juga dapat dikembangkan tanpa menghilangkan dasarnya.
4. Prinsip Kai Zen
Bangsa Jepang memiliki komitmen yang tinggi pada pekerjaan mereka. Setiap pekerjaan perlu dilaksanakan dan diselesaikan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan. Jika tidak mengikuti jadwal, maka penyelesaian pekerjaan akan lambat dan menimbulkan kerugian. Apabila pekerjaan itu dilakukan terlalu cepat,maka dapat menimbulkan kekeliruan. Oleh karena itu perusahaan di Jepang menerapkan peraturan ”tepat waktu”. Inilah yang dimaksud dengan prinsip Kai Zen, yang intinya adalah mengoptimalkan biaya dan waktu untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dalam kuantitas besar. Untuk mencapai prinsip ini karyawan harus memberikan seluruh perhatian pada pekerjaan dan tidak boleh membuang waktu dengan obrolan tidak berguna, bercanda, atau istirahat terlalu lama.
Hampir seluruh perusahaan Jepang menerapkan prinsip Kai Zen yang merupakan penerapan kualitas kerja yang menekankan pada tiga aspek utama yaitu: peningkatan kerja secara terus menerus, dapat diukur, dan dilaksanakan secara bertahap.


5. Prinsip Keiretsu dan Zaibatsu
Secara tradisional, yang dimaksud dengan keiretsu adalah gabungan perusahaan yang dimiliki oleh keluarga yang sama. Usaha tersebut merupakan usaha yang diwariskan secara turun temurun, seperti yang sekarang ada adalah Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo. Mitsubishi yang berdiri sejak tahun 1870 pada awalnya merupakan perusahaan perkapalan, kemudian memasuki bidang pertambangan, perbankan, dan sebagainya. Melalui anak-anak perusahaan dan juga rekan perusahaan mereka membentuk satu gabungan dan serikat yang disebut zaibatsu. Sistem penggabungan ini diyakini dapat menjadikan sebuah perusahaan yang besar, kuat, dan memonopoli. Jadi sistem ini melambangkan bahwa persatuan akan menghasilkan kebersamaan dan kebersamaan akan melahirkan kekuatan

PENUTUP

Jika Jepang dapat menjadi nomor satu dan menciptakan keajaiban dalam bidang ekonomi, maka tidak ada alasan bagi negara lain termasuk Indonesia untuk tidak bisa mendapatkan kedudukan yang sama. Jika Jepang bisa, maka negara lain pasti bisa, walaupun tidak bisa sama persis seperti Jepang, tetapi bangsa lain dapat meniru Jepang.

A.   KESIMPULAN

.Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari semangat dan nilai –nilai masyarakat Jepang  dalam upaya kita untuk mengadakan perubahan:
    1. Ukuran kemajuan Jepang dapat diukur dari pendapatan per kapita dan taraf hidup rakyatnya yang menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah Swiss. Swiss merupakan negara yang memiliki Produk Nasional Bruto (PNB) tertinggi di dunia.
    2. Selain memiliki simpanan khusus kedua tertinggi di dunia, memiliki PNB kedua tertinggi di dunia, Jepang juga tidak memiliki hutang luar negeri. Merupakan pula satu-satunya negara Asia yang tidak pernah dijajah oleh bangsa lain.
    3.  Bangsa Jepang mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan tanpa menghilangkan identitas dan jati diri yang telah mengakar kuat.
    4. Bangsa Jepang mampu bekerja dalam waktu yang panjang tanpa mengenal lelah , tidak mudah bosan, dan tidak gampang putus asa.
    5. Semangat kebersamaan di kalangan pekerja Jepang sangat tinggi. Salah satunya ditandai dengan sifat bangsa Jepang yang berusaha untuk tidak mengeluarkan pendapat pribadi karena dikawatirkan akan mempengaruhi kepentingan kelompok.
    6. Masyarakat Jepang suka membaca. Waktu yang ada digunakan untuk membaca misalnya tatkala sedang berada di kereta ulang-alik pengangkut karyawan.
    7.  Minat dan kecintaannya terhadap ilmu membuat mereka bisa merendahkan diri untuk belajar.
    8. Bangsa Jepang melibatkan aspek emosi dan intuisi untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan selera pasar.
    9. Jepang tidak senang menyimpan dendam atas segala perbuatan musuhnya. Jepang lebih suka berkompromi dan menjalin hubungan dengan negara yang pernah menghancurkannya, dan negara-negara yang pernah dijajahnya.
    10.  Musuh adalah rekan bisnis utama dalam perdagangan dan hubungan diplomatik. Jadi tidak ada perang. Bila tidak dapat mengalahkan musuh, kita harus bisa berteman dengannya. Itulah prinsip Jepang.
    11. Selama lebih dari seabad, Jepang merupakan negara yang paling banyak meniru negara luar. Tetapi sekarang negara luar banyak yang meniru dan menjadikan Jepang sebagai contoh karena kesuksesannya di bidang ekonomi.
    12. Secara tradisi, pimpinan eksekutif Jepang telah diajarkan agar selalu mengamalkan sikap saling membantu.

B.   SARAN
            Semangat atau nilai – nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan adalah
1.    Jujur: Adalah sikap ketulusan hati dalam melaksanakan tugasdankemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan.
2.    Tanggungjawab:Adalah kemampuan dan kemauan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu serta berani memikul akibat atas putusan dan tindakan yang dilakukan.
3.     Ikhlas: Adalah sikap rela untuk berbuat yang positif bagi orang lain, yang datang dari sanubari.
4.    Disiplin: Adalah sikap mental yang tercermin dalam perilaku kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan kerja, hukum dan norma kehidupan bermasyarakat.
5.    Visioner: Adalah mempunyai wawasan atau pandangan jauh ke masa depan dan arah tujuan yang ingin dicapai.
6.    Adil: Adalah perbuatan yang dilandasi rasa tidak sewenang-wenang, tidak memihak, dan secara proporsional sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7.    Peduli: Adalah sikap memperhatikan orang lain dan lingkungan.
8.    Kerjasama: Adalah kemauan dan kemampuan untuk bekerjasama dengan semua pihak untuk mencapai hasil guna dan daya guna yang optimal.
9.    Profesional: Adalah kemampuan konseptual, analisis dan teknis dalam bekerja yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan , sehingga putusan dan tidakannya didasari atas rasionalitas dan etika profesi.







DAFTAR PUSTAKA

- Ann Wan Seng. 2007. Rahasia Bisnis Orang Jepang. Jakarta: Hikmah
- Keene, Donald. 2006. Japanese Literature as a Bridge for the World . Japan Echo June 2006
Silvika Edisi 54/XII/2007
- Susanto, Adhi. 1992. Mengamati Aspek-Aspek Perkembangan Teknologi di Jepang dan di Indonesia.
Jurnal Studi Jepang. 1 (2) 1992
- Tsunenari, Tokugawa and Akihiko Nakamura. 2007. The Way of the Samurai: Bushido as Character